Kamis, 26 Desember 2013

Makalah Diksi dan Gaya Bahasa Dwi Ratih Lestari


Makalah Diksi dan Gaya Bahasa Dwi R.L


Diksi dan Gaya Bahasa
1. Hakikat Diksi
a. Pengertian Diksi
                Diksi menurut E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai adalah pilihan kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur yang penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, dalam hal ini makna kata yang tepatlah yang diperlukan. Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Disamping itu pemilihan kata harus pula sesuai dengan situasi dan tempat dalam penggunaan kata-kata itu.
            Sedangkan menurut Widjono Hs. Diksi adalah ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan pilihan kata ini di pengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa yang terkait dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai,dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga mampu mengkomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengarnya.
            Jadi kesimpulannya diksi adalah ketepatan pilihan kata dalam berbicara sehari-hari dengan orang-orang disekitar dan juga dalam tulisan atau karangan yang akan dibuat oleh penulis untuk mempermudah pembaca agar mengerti makna tulisan tersebut.












2. Ketetapan Dalam Pilihan Kata
a. Ketepatan dalam pilihan kata
          Ketepatan dalam pilihan kata adalah  kemampuan pengguna bahasa dalam mengetahui, memahami menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa kata secara aktif untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin untuk memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut, dan  tidak menimbulkan salah paham.

b. Syarat-syarat ketepatan pilihan kata:
1.    Membedakan makna denotasi dan konotasi dengan cermat, denotasi yaitu kata yang bermakna lugas dan tidak bermakna ganda. Sedangakan konotasi dapat menimbulkan makna yang bermacam – macam, lazim digunakan dalam pergaulan, untuk tujuan estetik, dan kesopanan.
2.    Membedakan secara cermat makna kata yang hampir bersinonim yaitu persamaan makna kata, misalnya : adalah, ialah, yaitu, merupakan, dalam pemakaian  berbeda – beda.
3.    Membedakan makna kata secara cermat kata yang mirip ejaannya, misalnya : inferensi (kesimpulan) dan interferensi (saling mempengaruhi).
4.    Tidak menafsirkan makna kata secara subjektif berdasarkan pendapat sendiri, jika pemahaman belum dapat dipastikan, pemakai kata harus menemukan makna yang tepat dalam kamus, misalnya: modern sering di artikan secara subjektif canggih menurut kamus modern berarti terbaru.
5.    Menggunakan imbuhan asing (jika diperlukan) harus memahami maknanya secara tepat, misalnya: dilegarisisir seharunya di legalisasi, koordinir seharunya koordinasi.
6.    Menggunakan kata – kata idiomatic yaitu penggunaan kata yang berpasangan, misalnya: sesuai bagi seharunya sesuai dengan.
7.    Menggunakan kata umum dan kata khusus, secara cermat. Untuk mendapatkan pemahaman yang spesifik karangan ilmiah sebaiknya menggunakan kata khusus, misalnya: mobil (kata umum), mawar (kata khusus)
8.    Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat, misalnya: isu (dalam bahasa inggris issue berarti publikasi, kesudahan, perkara) isu (dalam bahasa Indonesia berarti kabar yang tidak jelas asal usulnya,).
9.    Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, misalnya: pria dan laki – laki, saya dan aku, serta buku dan kitab. Menggunakan dengan cermat kata berhomofoni, misalnya: bang dan bank, ketahanan dan ke tahanan. Menggunakan dengan cermat kata berhomografi, misalnya: apel (berarti buah), apel (berarti upacara).
10. Menggunakan kata abstak dan kata konkret secara cermat, kata abstrak (konseptual, misalnya: pendidikan, wirausaha, dan pengobatan modern) dan kata konkret atau kata khusus misalnya: melati dan mawar























3. Keseuaian Kata
a. Kesesuaian kata
          Kesesuaian kata adalah menyesuaikan kata agar tidak merusak makna, suasana dan situasi yang hendak berlangsung, atau suasana yang hendak ditimbulkan.

b. Syarat-syarat kesesuaian kata
1.    Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukkan penggunaanya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan, misalnya: hakikat (baku), hakekat (tidak baku).
2.    Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial misalnya: pelacur (kasar), tunasusila (lebih halus).
3.    Menggunakan kata berpasangan (idiomatik) dan berlawanan makna dengan cermat, misanya: sesuai bagi (salah), sesuai dengan (benar), bukan hanya…… melainkan juga (benar), bukan hanya… tetapi juga (salah).
4.    Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: berjalan lambat, mengesot, dan merangkak; merah darah, merah hati.
5.    Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah, dan komunikasi non ilmiah (surat-menyurat, diskusi umum) menggunakan kata populer, misalnya: argumentasi (ilmiah), pembuktian (populer), psikologi (lmiah), ilmu jiwa (populer).
6.    Menghindarkan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis, misalnya: tulis, baca, kerja (bahasa lisan), menulis, menuliskan, membaca, membacakan, bekerja, mengerjakan, dikerjakan (bahasa tulis).

c. Kesosialan
Masalah social berpengaruh terhadapa perubahan makna. Kata gerombolan yang pada mulanya bermakna orang berkumpul atau kerumunan. Kemudian kata itu tiak digunakan karena berkonotasi dengan pemberontak, perampok, dan sebagainya.




d. Kata baku dan tidak baku
          Kata baku adalah kata yang mengikuti kaidah-kaidah yang telah ditentukan atau dilazimkan, sedangkan kata nonbaku sebaliknya. Prinsip umumnya, kata-kata baku lebih diutamakan di dalam membuat sebuah karangan, bahkan untuk karangan fiksi sekalipun. Kata-kata nonbaku kadang juga bisa dipilih untuk mencari efek tertentu, misalnya untuk menghidupkan dialog (di dalam cerpen, skenario, atau kutipan langsung), menyindir (pemakaian bahasa seorang pejabat), menyesuaikan dengan ragam bahasa kalangan tertentu (misalnya kalangan remaja, waria, atau kelas sosial tertentu).
Contoh Kata baku dan tidak baku
Kata Baku
Kata Nonbaku
Kemarin
kemaren
Tradisional
tradisionil
Khawatir
kuatir
Lelah
capek


e. Sasaran dan tulisan
       


















4. Hakikat Gaya Bahasa
a. Pengertian gaya Bahasa

Keraf (2000: 113) mendefinisikan pengertian gaya bahasa sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang khas dengan memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
Maulana (dalam http://firman94.multiply.com) mendefinisikan gaya bahasa adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Kekhasan dari gaya bahasa ini terletak pada pemilihan kata-katanya yang tidak secara langsung menyatakan makna yang sebenarnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia gaya bahasa diartikan:
1. pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis.
2. pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu
3. keseluruhan ciri-ciri ahasa sekelompok penulis sastra.
4. cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulis dan lisan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah cara dalam pengungkapan gagasan pengarang yang digunakan dengan media bahasa agar menimbulkan keindahan yang akan menunjukkan sikap dan kepribadian pengarang.


b. Sendi gaya bahasa

Keraf (2010:113–115) mengungkapkan bahwa sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut: kejujuran, sopan-santun, dan menarik. Ketiga unsur tersebut adalah sebagai berikut.

1) Kejujuran
Kejujuran dalam bahasa berarti kita mengikuti aturan-aturan, kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Pemakaian kata yang kabur dan tak terarah, serta penggunaan kalimat yang berbelit-belit, adalah jalan untuk mengundang ketidakjujuran. Pembicara atau penulis tidak menyampaikan isi pikirannya secara terus terang; ia seolah-olah menyembunyikan pikirannya itu di balik rangkaian kata-kata yang kabur dan jaringan kalimat yang berbelit-belit tak menentu. Bahasa adalah alat untuk kita bertemu dan bergaul. Sebab itu, ia harus digunakan pula secara tepat dengan memperhatikan sendi kejujuran.

2) Sopan-santun
Yang dimaksud dengan sopan-santun adalah memberi penghargaan atau menghormati penghargaan atau menghormati orang yang diajak bicara, khususnya pendengar atau pembaca. Rasa hormat dalam gaya bahasa dimanifestasikan melalui kejelasan dan kesingkatan.
Menyampaikan sesuatu secara jelas berarti tidak membuat pembaca atau pendengar memeras keringat untuk mencari tahu apa yang ditulis atau dikatakan.





Kejelasan dengan demikian akan diukur dalam beberapa butir kaidah berikut, yaitu:
1.  kejelasan dalam struktur gramatikal kata dan kalimat;
2.  kejelasan dalam korespodensi dengan fakta yang diungkapkan melalui kata-kata
     atau kalimat tadi;
3.  kejelasan dalam pengurutan ide secara logis;
4.  kejelasan dalam penggunaan kiasan dan perbandingan.

Kesingkatan dapat dicapai melalui usaha unutk mempergunakan kata-kata secara efisien, meniadakan penggunaan dua kata atau lebih yang bersinonim secara longgar, menghindari tautologi; atau mengadakan repetisi yang tidak perlu.


3) Menarik
Gaya bahasa yang menarik dapat diukur melalui bebrapa komponen berikut: variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya khayal (imajinasi).



C. Jenis-jenis gaya bahasa

Menurut Tarigan (2009:6) menyebutkan ada sekitar enam puluh gaya bahasa yang termasuk ke dalam empat kelompok.
Empat kelompok gaya bahasa tersebut adalah sebagai berikut.:
1) gaya bahasa perbandingan,
2) gaya bahasa pertentangan,
3) gaya bahasa pertautan, dan
4) gaya bahasa perulangan.

1) Gaya Bahasa Perbandingan
(a) Perumpamaan
Perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Perbandingan itu secara eksplisit dijelaskan oleh pemakaian kata seperti, serupa, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana, dan penaka.
Contoh:
seperti air dengan minyak
ibarat mengejar bayangan



(b) Metafora
Metafora adalah pemakaian kata-kata bukan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan
Contoh:
Nani jinak-jinak merpati
Ali mata keranjang


(c) Personifikasi
Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau sesuatu yang tidak bernyawa memiliki sifat kemanusiaan.
Contoh:
Pepohonan tersenyum riang
Mentari mencubit pipiku

(d) Depersonifikasi
Depersonifikasi adalah gaya bahasa yang membedakan manusia dengan benda mati.
Contoh:
Andai kamu menjadi langit, maka dia menjadi tanah.
Kalau dikau menjadi samudera, maka daku menjadi bahtera.

(e) Alegori
Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang, merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan, tempat atau wadah objek-objek atau gagasan-gagasan yang diperlambangkan.
Contoh:
Kancil dengan buaya.
Kancil dengan harimau.

(f) Antitesis
Antitesis adalah sejenis gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim yaitu kata-kata yang mengandung semantik yang bertentangan.
Contoh:
Dia bergembira-ria atas kegagalanku dalam ujian itu.
Gadis yang secantik si Ida diperistri oleh si Dedi yang jelek itu.


(g) Pleonasme dan Tautologi
Pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu (seperti menurut sepanjang adat; saling tolong-menolong).
Contoh:
Saya telah mencatat kejadian itu dengan tangan saya sendiri.
Kami telah memikul peti jenazah itu di atas bahu kami sendiri.

(h) Perifrasis
Perifrasis adalah sejenis gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme, namun pada perifrasis kata-kata yang berlebihan itu pada prinsipnya dapat diganti dengan sebuah kata saja.
Contoh:
Pemuda itu menumpahkan segala isi hati dan segala harapan kepada gadis desa itu. (cinta).
Saya menerima segala saran, petuah, petunjuk yang sangat berharga dari Bapak Lurah. (nasihat).

(i) Antisipasi atau Prolepsis
Antisipasi atau prolepsis adalah sejenis gaya bahasa yang mempunyai makna ‘mendahului’ atau ‘penetapan yang mendahului tentang sesuatu yang masih akan dikerjakan atau akan terjadi’.
Contoh:
Kami sangat gembira, minggu depan kami memperoleh hadiah dari Bapak Bupati.
Jelas seluruh kaum kerabat merasa sedih dan malu, lusa si Dogol dijebloskan ke dalam penjara karena terlibat perjualan ganja.

(j) Koreksi atau Epanortosis
Koreksi atau epanortosis adalah adalah gaya bahasa yang berwujud mula-mula ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memeriksa dan memperbaiki mana-mana yang salah.
Contoh:
Dia benar-benar mencintai Neng Tetty, eh bukan, Neng Terry.
Saya telah membayar iuran sebanyak tujuh juta, tidak, tidak, tujuh ribu rupiah.






2) Gaya Bahasa Pertentangan
(a) Hiperbola
Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya.
Contoh:
Kurus kering tiada daya kekurangan pangan buat pengganti kelaparan.
Tabunganya berjuta-juta, emasnya berkilo-kilo, sawahnya berhektar-hektar. sebagai pengganti dia orang kaya.

(b) Litotes
Litotes adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang dikecil-kecilkan, dikurangi dari kenyataan yang sebenarnya, misalnya untuk merendahkan diri.
Contoh:
Anak itu sama sekali tidak bodoh.
Hasil usahanya tidaklah mengecewakan.


(c) Ironi
Ironi adalah gaya bahasa yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud berolok-olok.
Contoh:
Aduh, bersihnya kamar ini, puntung rokok dan sobekan kertas bertebaran di lantai.
O, kamu cepat bangun baru jam sembilan pagi sekarang ini.

(d) Oksimoron
Oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase yang sama.
Contoh:
Olahraga mendaki gunung memang menarik hati walaupun sangat berbahaya.
Bahan-bahan nuklir dapat dipakai untuk kesejahteraan manusia tetapi dapat juga memusnahkannya.

(e) Paranomasia
Paranomasia adalah gaya bahasa yang berisi penjajaran kata-kata yang berbunyi sama teatapi bermakna lain.
Contoh:
Oh adinda sayang, akan kutanam bunga tanjung di pantai tanjung hatimu.
Di samping menyukai susunan indah, saya pun mendambakan susunan indah.

(f) Paralipsis
Paralipsis adalah gaya bahasa yang merupakan suatu formula yang dipergunakan sebagai sarana untuk menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat itu sendiri.
Contoh:
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa menolak doa kita ini, (maaf) bukan maksud saya mengabulkannya.
Biarlah masyarakat mendengar wasiat itu, (maaf) maksud saya membacanya.

(g) Zeugma
Zeugma adalah gaya bahasa yang menggunakan gabungan gramatikal dua buah kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan.
Contoh:
Anak itu memang rajin dan malas di sekolah.
Paman saya nyata sekali bersifat sosial dan egois.

(h) Silepsis
Silepsis adalah gaya bahasa yang mengandung konstruksi gramatikal yang benar, tetapi secara semantik tidak benar.
Contoh:
Wanita itu kehilangan harta dan kehormatannya.
Kakaknya menerima uang dan penghargaan.

(i) Satire
Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu.
Contoh:
Cerita Kosong
jemu aku dengar bicaramu
“kemakmuran
keadilan
kebahagiaan”
Sudah 10 tahun engkau bicara
aku masih tak punya celana
- budak kurus -
pengangkut sampah-



(j) Inuendo
Inuendo adalah gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya.
Contoh:
Jadinya sampai kini Neng Syafirah belum mendapat jodoh kerena setiap ada jejaka yang meminang ia sedikit jual mahal.
Pada pesta tadi malam ia agak sedikit sempoyongan karena terlalu banyak meminum minuman keras.

(k) Antifrasis
Antifrasis adalah gaya bahasa yang berupa penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya.
Contoh:
Mari kita sambut kedatangan sang Raja. (maksudnya si Jongos).
Memang engkau orang pintar! (maksudnya orang bodoh).

(l) Paradoks
Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.
Contoh:
Aku kesepian di tengah keramaian.
Dia kedinginan di kota Jakarta yang panas.

(m) Klimaks atau Anabasis
Klimaks atau anabasis adalah gaya bahasa yang terbentuk dari beberapa gagasan yang berturut-turut semakin meningkat kepentingannya.
Contoh:
Setiap guru yang berdiri di depan kelas harus mengetahui, memahami, serta menguasai bahan yang diajarkan.
Seorang guru harus bertindak sebagai pengajar, pembimbing, penyuluh, pengelola, penilai, pemberi kemudahan, atau pendidik yang sejati.

(n) Antiklimaks
Antiklimaks adalah gaya bahasa yang berisi gagasan-gagasan yang berturut-turut semakin berkurang kepentingannya.
Contoh:
Kita hanya dapat merasakan betapa nikmatnya dan mahalnya kemerdekaan bangsa Indonesia, apabila kita mengikuti sejarah perjuangan para pemimpin kita melawan serdadu penjajah.

(o) Dekrementum
Dekrementum adalah sejenis antiklimaks yang berwujud penambahan gagasan yang kurang penting pada gagasan yang penting.
Contoh:
Kita hanya dapat merasakan betapa nikmatnya dan mahalnya
kemerdekaan bangsa Indonesia, apabila kita mengikuti sejarah perjuangan para pemimpin kita serta pertumbuhan darah para prajurit kita melawan serdadu penjajah.
Mereka akan mengakui betapa besarnya jasa orang tua mereka, apabila mereka mengenangkan penderitaan, kegigihan orang tua itu mengasuh dan mendidik mereka.

(p) Katabasis
Katabasis adalah semacam antiklimaks yang mengurutkan sejumlah gagasan yang semakin kurang penting.
Contoh:
Penataran P4 diberikan kepada para dosen Perguruan Tinggi, para guru SMA, SMP, SD, dan TK.
Pembangunan lima tahun dilaksanakan serentak di Ibu Kota Negara, ibu kota propinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua desa di seluruh Nusantara ini.

(q) Bator
Bator adalah sejenis antiklimaks yang mengandung penukikan tiba-tiba dari gagasan yang sangat penting ke gagasan yang tidak penting.
Contoh:
Memang kamu seorang perwira yang gagah berani yang disegani oleh anak buahmu, seorang suami yang diperintah dan diperbudak oleh istrimu dalam segala hal.

(r) Apostrof
Apostrof adalah gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat dari yang hadir kepada yang tidak hadir.
Contoh:
Wahai roh-roh nenek moyang kami yang berada di negeri atas, tengah, dan bawah, lindungilah warga desaku ini.




(s) Anastrof
Anastrof adalah gaya bahasa yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat.
Contoh:
Datanglah dia, makanlah dia, lalu pulang tanpa ucapan sepatah kata.
Merantaulah dia ke negeri seberang tanpa meninggalkan apa-apa.

(t) Inversi
Inversi adalah gaya bahasa yang merupakan permutasi urutan SP (subjek-predikat) menjadi PS (predikat-subjek).
Contoh:
Kubaca surat itu berulang-ulang, kucoba menangkap makna yang tersirat di dalamnya.
Kupilih warna yang serasi bagi kain kebaya kakakku.

(u) Apofasis atau preteresio
Apofasis atau preteresio adalah gaya bahasa yang menegaskan sesuatu tetapi nampaknya menyangkalnya.
Contoh:
Saya tidak ingin menyingkapkan dalam rapat ini bahwa putrimu itu telah berbadan dua.
Kami tidak tega mendengar cibiran tetangga bahwa kamulah yang mencuri mobil sedan itu.

(v) Hiperbaton atau histeron proteron
Hiperbaton atau histeron proteron adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis/wajar.
Contoh:
Pidato yang berapi-api pun keluarlah dari mulut orang yang berbicara terbata-bata itu.
Dia membaca cerita itu dengan cepat dengan cara mengejanya kata demi kata.

(w) Hipalase
Hipalase adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari suatu hubungan alamiah antara dua komponen gagasan.
Contoh:
Aku menarik sebuah kendaraan yang resah. (yang resah adalah aku, bukan kendaraan).
Ia duduk pada sebuah bangku yang gelisah. (yang gelisah adalah ia, bukan bangku).

(x) Sinisme
Sinisme adalah gaya bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati.
Contoh:
Tidak dapat disangkal lagi bahwa Bapaklah orangnya, sehingga keamanan dan ketentraman di daerah ini akan ludes bersamamu!
Memang Andalah gadis tercantik di sejagat raya ini yang mampu menundukkan segala jejaka di bawah telapak kakimu di seantero dunia ini.

(y) Sarkasme
Sarkasme adalah gaya bahasa yang mengandung olok-olok atau sindiran pedas dan menyakiti hati.
Contoh:
Mulutmu harimaumu.
Tingkah lakumu memalukan kami.
Cara dudukmu menghina kami.

3) Gaya Bahasa Pertautan
(a) Metonimia
Metonimia adalah gaya bahasa yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang lain, barang, atau hal, sebagai penggantinya.
Contoh:
Terkadang pena justru lebih tajam daripada pedang.
Dalam pertandingan kemarin saya hanya memperoleh perunggu sedangkan teman saya perak.

(b) Sinekdoke
Sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhaannya atau sebaliknya.
Contoh:
Setiap tahun semakin banyak mulut yang harus diberi makan di Tanah Air kita ini.
Dalam pertandingan final besok malam di Stadion Siliwangi Bandung berhadapanlah Medan dengan Jakarta.





(c) Alusi
Alusi adalah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan praanggapan adanya pengetahuan yang dimiliki oleh pengarang dan pembaca serta adanya kemampuan para pembaca untuk menagkap pengacuan itu.
Contoh:
Dapatkah kamu bayangkan perjuangan KAMI dan KAPPI pada tahun 1966 menetang rezim Orde Lama dan menegakkan keadilan di tanah air kita ini?

(d) Eufemisme
Eufemisme adalah gaya bahasa yang mengandung nama seseorang yang begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu.
Contoh:
tunaaksara pengganti buta huruf
tunanetra pengganti buta; tidak dapat melihat
tunawisma pengganti gelandangan

(e) Eponim
Eponim adalah gaya bahasa yang mengandung nama seseorang yang begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu.
Contoh:
Hercules menyatakan kekuatan
Dewi Sri menyatakan kesuburan
Dewi Fortuna menyatakan keberuntungan

(f) Epitet
Epitet adalah gaya bahasa yang mengandung acuan yang mengatakan sesuatu atau ciri khas dari seseorang atau suatu hal.
Contoh:
Lonceng pagi bersahut-sahutan di desa terpencil ini menyonsong mentari bersinar menerangi alam.
(lonceng=ayam jantan)
Putri malam menyambut kedatangan para remaja yang sedang diamuk asmara.
(putri malam=bulan)



(g) Antonomasia
Antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan gelar resmi atau jabatan sebagai pengganti nama diri.
Contoh:
Pangeran menandatangani surat penghargaan tersebut.
Pendeta mengukuhkan perkawinan anak kami di Gereja Bethel.

(h) Erotesis
Erotesis adalah gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang dipergunakan dalam tulisan atau pidato yang bertujuan unutuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menuntut suatu jawaban.
Contoh:
Soal ujian tidak sesuai dengan bahan pelajaran. Herankah kita jika nilai pelajaran Bahasa Indonesia pada EBTANAS tahun 1985 ini sangat merosot??

(i) Paralelisme
Paralelisme adalah gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama.
Contoh:
Baik kaum pria maupun kaum wanita mempunyai hak dan kewajiban yang sama secara hukum.
Bukan saja korupsi itu harus dikutuk, tetapi juga harus diberantas di Negara Pancasila ini.

(j) Elipsis
Elipsis adalah gaya bahasa yang di dalamnya dilaksanakan penanggalan atau penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting dalam konstruksi sintaksis yang lengkap.
Contoh:
Mereka ke Jakarta minggu lalu. (penghilangan predikat: pergi, berangkat).
Pulangnya membawa banyak barang berharga serta perabot rumah tangga. (penghilangan subjek: mereka, dia, saya, kami, dan lain-lain).




(k) Gradasi
Gradasi adalah gaya bahasa yang mengandung suatu rangkaian atau urutan paling sedikit tiga kata atau istilah yang secara sintaksis mempunyai satu atau beberapa ciri semantik secara umum dan yang di antaranya paling sedikit satu ciri diulang-ulang dengan perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif.
Contoh:
“Kita malah bermegah juga alam kesengsaraan kita, karena kita tahu bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji, dan tahan uji menimbulkan harapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan.

(l) Asindeton
Asindeton adalah gaya bahasa yang berupa acuan di mana beberapa kata, frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung.
Contoh:
Ayah, ibu, anak, merupakan inti suatu keluarga.
Hasil utama Tanah Karo adalah jeruk, nenas, kentang, kol, tomat, bawang, sayur putih, jagung, padi.

(m) Polisindeton
Polisindeton adalah gaya bahasa (yang merupakan kebalikan dari asindeton) yang berupa acuan di mana beberapa kata, frase, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung.
Contoh:
Istri saya menanam nangka dan jambu dan cengkeh dan pepaya di pekarangan rumah kami.
Polisi menangkap Pak Ogah beserta istrinya beserta anak-anaknya beserta pembantunya dan membawanya ke penjara.

4) Gaya Bahasa Perulangan
(a) Aliterasi
Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan konsonan yang sama.
Contoh:
Dara damba daku
datang dari danau
Duga dua duka
diam di diriku
Kalau ‘kanda kala kacau
biar bibir biduan bicara


(b) Asonansi
Asonansi adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama.
Contoh:
Muka muda mudah muram
tiada singa tiada biasa
jaga harga tahan harga
Kura-kura dalam perahu
sudah gaharu cendana pula
Pura-pura tidak tahu
Sudah tahu bertanya pula

(c) Antanaklasis
Antanaklasis adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan kata yang sama bunyi dengan makna yang berbeda.
Contoh:
Buah bajunya terlepas membuat buah dadanya hampir-hampir kelihatan.
Saya selalu membawa buah tangan buat buah hati saya, kalau saya pulang dari luar kota.

(d) Kiasmus
Kiasmus adalah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus merupakan inversi antara dua kata dalam satu kalimat.
Contoh:
Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin justru merasa dirinya kaya.
Sudah lazim dalam hidup ini bahwa orang pintar mengaku bodoh, tetapi orang bodoh merasa dirinya pintar.

(e) Epizeukis
Epizeukis adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan langsung atas kata yang dipentingkan beberapa kali berturut-turut.
Contoh:
Ingat, kamu harus bertobat, bertobat, sekali lagi bertobat, agar dosa-dosamu diampuni oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Anak-anakku semua, kalian memang harus rajin belajar, ya rajin belajar, agar kalian lulus dalam ujian.



(f) Tautotes
Tautotes adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan atas sebuah kata dalam sebuah konstruksi.
Contoh:
Kakanda mencintai adinda, adinda mencintai kakanda, kakanda dan adinda saling mencintai, adinda dan kakanda menjadi satu.
Aku menuduh kamu, kamu menuduh aku, aku dan kamu saling menuduh, kamu dan aku berseteru.

(g) Anafora
Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat.
Contoh:
Lupakah engkau bahwa mereka yang membesarkan dan mengasuhmu? Lupakah engkau bahwa keluarga itulah yang menyekolahkanmu sampai ke Perguruan Tinggi? Lupakah engkau bahwa mereka pula yang mengawinkanmu dengan istrimu? Lupakah engkau akan segala budi baik mereka kepadamu?

(h) Epistrofa
Epistrofa adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata atau frase pada akhir baris atau kalimat berurutan.
Contoh:
Kehidupan dalam keluarga adalah sandiwara
Cintamu padaku pada prinsipnya hanyalah sandiwara
Proses belajar mengajar di dalam kelas adalah sandiwara
Pendeknya hidup kita ini adalah sandiwara

(i) Simploke
Simploke adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut.
Contoh:
Kau katakan aku wanita pelacur. Aku katakan biarlah kau katakan aku wanita mesum. Aku katakan biarlah. Kau katakan aku sampah masyarakat. Aku katakan biarlah kau katakan aku penuh dosa. Aku katakan biarlah.





(j) Mesodilopsis
Mesodilopsis adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan kata atau frase di tengah baris atau beberapa kalimat beruntun.
Contoh:
Para pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa
Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat
Para petani harus meningkatkan hasil sawah ladang

k) Epanalepsis
Epanalepsis adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama menjadi terakhir dalam klausa atau kalimat.
Contoh:
Saya akan tetap berusaha mencapai cita-cita saya.
Kami sama sekali tidak melupakan amanat nenek kami.

(l) Anadiplosis
Anadiplosis adalah sejenis gaya bahasa repetisi di mana kata atau frase terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi frase pertama dari klausa atau kalimat berikutnya.
Contoh:
dalam raga ada darah
dalam darah ada tenaga
dalam tenaga ada daya



A. Fungsi Style ‘Gaya Bahasa’

Fungsi gaya bahasa dalam karya sastra adalah sebagai alat untuk:
1.    Meninggikan selera, artinya dapat meningkatkan minat pembaca/pendengar untuk mengikuti apa yang disampaikan pengarang/pembicara. 
2.    Mempengaruhi atau meyakinkan pembaca/pendengar, artinya dapat membuat pembaca semakin yakin dan mantap terhadap apa yang disampaikan pengarang/pembicara.
3.    Menciptakan keadaan perasaan hati tertentu, artinya dapat membawa pembaca hanyut dalam suasana hati tertentu, seperti kesan baik atau buruk, perasaan senang atau tidak senang, benci, dan sebagainya setelah menangkap apa yang dikemukakan pengarang.
4.    Memperkuat efek terhadap gagasan, yakni dapat membuat pembaca terkesan oleh gagasan yang disampaikan pengarang dalam karyanya.

Jumat, 13 Desember 2013

Karya Tulis Tentang Candi Borobudur Dwi R.L




Candi Borobudur Karya Tulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Bangsa Indonesia tidak hanyalah dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan. Budaya yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan sumber modal yang besar artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan.
Candi Borobudur merupakan salah satu objek wisata yang terletak di desa Borobudur, kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang. Adanya objek wisata Candi Borobudur diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap daerah dan mendorong masyarakat sekitar berdagang atau menjual barang yang menjadi cirri khas daerah Wisata Candi Borobudur.
Selain keberadaan Objek Wisata Candi Borobudur berpengaruh terhadap ekonomi para penduduk setempat yang berjualan di sekitar Candi Borobudur. Objek Wisata Candi Borobudur ini digunakan untuk berjualan barang-barang yang mempunyai ciri khas Daerah Wisata Candi Bobudur. Juga para pedagang saling berebut untuk mendapatkan uang dari para wisatawan. Dengan demikian penduduk sekitar Objek Wisata Candi Borobudur sangat terbantu karena mereka dapat tercukupi kebutuhan mereka dengan berdagang di sekitar Candi Borobudur.
Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mengadakan penelitian terkait dengan keberadaan Objek Wisata Candi Borobudur dan pengaruh terhadap ekonomi masyarakat sekitar, terutama para pedagang yang membuka usaha di kawasan Taman Wisata Candi Borobudur sehingga penulis mengambil judul “Pengaruh Objek Wisata Candi Borobudur Terhadap Pedagang Di Kawasan Candi Borobudur

1.2  Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah. Masalah yang muncul dapat di identifikasikan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh Objek Candi Borobudur terhadap pedagang di kawasan Candi Borobudur ?
2. Bagaimanakah pedagang dikawasan Candi Borobudur ?

1.3 Tujuan Penulisan Karya Tulis
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh Objek Wisata Candi Brobudur terhadap ekonomi para pedagang
    di kawasan Taman Wisata Candi Borobudur
2. Untuk mengetahui para pedagang di kawasan taman wisata Candi Borobudur

Metode Penelitian
Dalam memperoleh data untuk karya tulis ini penyusun melakukan beberapa cara :
1. Melakukan tinjauan langsung ke Taman Candi Borobudur Yogyakarta .
2. Melakukan study literatur untuk mencari data di perpustakaan SMA Negeri Pangandaran
3. Mengumpulkan data hasil analisis dari buku – buku Biologi .
4. Mencari informasi seputar Melalui internet .

1.5  Kegunaan Penelitian
1. Bersifat Teoretis
a. Memperoleh  pengetahuan  tentang  potensi  Obyek  Wisata  Candi Borobudur bagi
    masyarakat sekitarnya dalam rangka meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
b. Menambah  wawasan  keilmuan  bagi  Pelajar  dan  pengetahuan tentang perilaku social
    ekonomi masyarakat yang beraneka ragam.
2. Bersifat Praktis
Memberikan  masukan  kepada  pengelola  Obyek  Wisata  Candi Borobudur agar memberikan kesempatan kepada masyarakat sekitarnya untuk   memanfaatkan   keberadaan   Obyek   Wisata   Candi  Borobudur sehingga dapat meningkatkan kehidupan sosial ekonominya.


DAFTAR ISI


LEMBAR PENGESAHAN………………………………………….………i
KATA PENGANTAR………………………………………………….…...ii
DAFTAR ISI…………………………….……………………………….…iii
BAB I PENDAHULUAN…………….…………………………….……….i
1.1  Latar Belakang……………………………………………………………..…….…..1.1
1.2  Permasalahan……………………………………………………………… ….……1.2
1.3  Tujuan Penulisan Karya Tulis………………………………………………….……1.3
1.4  Metode Penelitian……………………………………………………………………1.4
1.5  Kegunaan Penelitian…………………………………………………………………1.5
BAB II LANDASAN TEORI………………………………………….……ii
2.1  Kajian Pustaka……………………………………………………………..………..2.1
2.2  Sejarah Singkat Candi Borobudur…………………………………………………...2.2
2.2.1  Waktu Di Dirikan……………………………………………………………..…2.2.1
2.2.2  Penemuan Kembali………………………………………………………….…..2.2.2
2.2.3  Penyelamatan Candi Borobudur………………………………………………...2.2.3
2.2.4  Pemugaran Candi Borobudur……………………………………………………2.2.4
2.3  Keunggulan dan Manfaat Candi Borobudur…………………………………….…..2.3
2.4  Ketertarikan Wisatawan Candi Borobudur………………………………………….2.4
BAB III PEMBAHASAN MATERI………………………………………..iii
3.1     Candi Borobudur sebagai Objek Wisata…………………………………………..3.1
3.2     Dampak Pemanfaatan Candi Borobudur sebagai Objek Wisata
3.2.1  Dampak terhadap Masyarakat di sekitarnya
3.2.2  Dampak Terhadap Candi
3.3     Potensi Pengembangan Candi Borobudur Dan Permasalahannya
3.4     Pengaruh Objek Wisata Candi Borobudur Terhadap Pedagang
3.4.1  Pedagang Di Kawasan Taman Wisata Candi Borobudur
3.4.2  Manfaat Candi Borobudur Terhadap Pedagang
3.4.3   Pedagang Candi Borobudur Atur Giliran Berjualan
3.4.4   Pengaruh Positif Candi Borobudur Bagi Pedagang
BAB IV PENUTUP
1.1  Kesimpulan
1.2  Saran
DAFTAR PUSTAKA












BAB II
LANDASAN TEORI


2.1  Kajian Pustaka
Dijadikannya Candi Borobudur sebagai salah satu tujuan wisata utama di Indonesia telah memberikan sumbangan yang tidak kecil pada peningkatan devisa negara. Pengunjung Candi Borobudur Baru tahun ke tahun cenderung meningkat. Peningkatan jumlah pengunjung di satu pihak dapat menambah pendapatan negara dan masyarakat di sekitarnya, tetapi di lain pihak juga dapat mengancam kelestarian candi ini. Candi yang dibangun kira-kira abad VIII pada masa pemerintahan wangsa Sailendra ini telah kurang lebih 1260 tahun berada di alam terbuka, artinya bahan bangunan yang terbuat dari batu andesit itu juga telah mengalami proses degradasi (pelapukan) oleh faktor waktu dan alam.
Meningkatnya jumlah pengunjung ke Candi Borobudur akan memberikan dampak kurang baik bagi upaya pelestarian warisan budaya. Oleh karena itu, perlu dibuat wilayah peredam yang dapat menghambat pengunjung agar tidak naik bersama-sama ke candi, yaitu dengan membuat taman wisata di lingkungan candi. Keberadaan taman wisata diharapkan membuat pengunjung akan tersebar ke berbagai penjuru taman. Dengan tersebarnya pengunjung akan mengurangi beban yang ditanggung oleh bangunan candi (Tanudirjo, 1993-1994).
Ada dua faktor utama penyebab terjadinya degradasi pada bangunan candi, yaitu faktor dari dalam dan luar. Faktor dari dalam biasanya disebabkan oleh keroposnya bangunan itu sendiri, seperti konstruksi dan bahan penyusunnya. Faktor dari luar adalah pengaruh lingkungan biotik, abiotik, dan khernis. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor biotik adalah tumbuhnya tanaman tingkat tinggi ( ilalang, perdu, pohon-pohon besar ) dan tanaman tingkat rendah (lumut, jamur, jamur kerak, dan algae). Selain itu, kerusakan juga disebabkan oleh aktivitas manusia, baik secara disengaja maupun tidak disengaja. Kerusakan disengaja seperti corat-coret, pencurian, pengotoran, batu penyusun jatuh karena dipanjat, sedangkan kerusakan tidak disengaja seperti terjadinya keausan batu pada lantai bangunan dan kerontokan. Kerontokan terjadi akibat pembersihan gulma pada batu candi dengan menggunakan sikat.




2.2       Sejarah Candi Borobudur
2.2.1   Waktu Di Dirikan
Banyak buku – buku sejarah yang menuliskan tentang Candi Borobudur, akan tetapi kapan Candi Borobudur dirikan tidaklah dapat di ketahui secara pasti namun suatu perkiraan dapat di peroleh dengan tulisan singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki asli Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga ) menunjukan huruf sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir abad ke – 8 sampai awal abad ke – 9 dari bukti – bukti tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di dirikan sekitar tahun 800 M.
Kesimpulan tersebut  ternyata sesuai dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejarah yang berada di daerah jawa tengah, khususnya periode antara abad ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 yang di terkenal dengan abad Emas Wangsa Syailendra. Masa kejayaan ini di tandai dengan di bangunnya sejumlah besar candi di lereng – lereng gunung, yang sebagian besar adalah bangunan khas hindu sedangkan yang bertebaran di dataran – dataran adalah bsngunan khas Budha tapi ada juga sebagian kecil bangunan khas Hindu.
Dengan demikian dapat di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di bangun oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah karena usaha untuk menjungjung tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana.
Sejarah Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Candi ini merupakan yang terbesar kedua setelah candi Budha Candi Ankor Wat di Kamboja dan termasuk salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Ada beberapa versi tentang asal-usul nama candi ini. Versi pertama mengatakan bahwa nama ini berasal dari bahasa Sansekerta Borobudur adalah "bara" yang berarti "kompleks candi atau biara" dan "beduhur" yang berarti "tinggi / di atas".

Versi kedua mengatakan bahwa Sejarah Borobudur nama kemungkinan berasal dari kata "sambharabudhara" yang berarti "teras lereng gunung". Versi ketiga ditafsirkan oleh prof. Dr Poerbotjoroko Borobudur menjelaskan bahwa kata berasal dari kata "bhoro" yang berarti "biara" atau "asrama" dan "budur" yang berarti "di atas".







Poerbotjoroko pendapat ini dikuatkan oleh Prof. Dr W.F. Stutterheim yang menemukan Bodorbudur berarti "biara di atas bukit". Sementara itu, versi lain yang diusulkan oleh Prof J.G. de Casparis berdasarkan prasasti Karang Tengah, mengatakan bahwa Borobudur berasal dari kata "bhumisambharabudhara" yang berarti "tempat pemujaan roh leluhur".

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGEZhP78tapmHSlOupt472gA-CjKThRx8u68v1XmjaqiCB3hUBidbrIvAbusNOR87bzsdUupSYjG2W2X3o-AXwFIeJhlZUV88mW1jJvZdH0514ECj4ky7nM4pjgSsGlKGzzWpswxplnHk/s1600/unduhan.jpg


Masih berdasarkan prasasti Karang Tengah dan ditambah dengan prasasti Kahuluan, JG de Casparis dalam disertasinya pada tahun 1950 mengatakan bahwa sejarah Candi Borobudur didirikan oleh Raja Samaratungga diperkirakan dari Sayilendra akal dinasti sekitar Sangkala sagara kstidhara atau tahun Caka 746 (824 M) dan dapat hanya bisa diselesaikan oleh anak perempuan bernama Dyah Ayu Pramodhawardhani pada sekitar tahun 847 Masehi. Pembuatan candi ini menurut prasasti Klurak (784 M), dibantu oleh seorang guru dari Ghandadwipa (Bengalore) bernama Kumaragacya dan seorang pangeran dari Kashmir bernama Visvawarma.

Versi lainnya

Asal Sejarah Borobudur - Candi Borobudur merupakan salah satu objek wisata yang terkenal di Indonesia yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur didirikan sekitar tahun 800 Masehi oleh Buddha Wahayana. Dalam sejarah Candi Borobudur, ada berbagai teori yang menjelaskan asal nama Candi Borobudur. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini berasal dari kata Sambharabhudhara Borobudur kemungkinan yang berarti "gunung" (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.


Selain itu ada beberapa orang etimologi lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan "para Buddha" yang karena pergeseran suara ke Borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan "beduhur". Kata bara dikatakan berasal dari biara kata, sementara ada juga penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti candi atau komplek biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti "di atas". Jadi intinya adalah sebuah biara atau asrama yang terletak di tempat tinggi.



Sejarawan J.G. Casparis dalam disertasinya de untuk doktor pada tahun 1950 menemukan bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan. Berdasarkan Karangtengah prasasti dan Kahulunan, Casparis memperkirakan Borobudur adalah pendiri dinasti raja Dinasti Mataram bernama Samaratungga, melakukan konstruksi sekitar 824 AD


Gedung baru raksasa dapat diselesaikan pada saat putrinya, Ratu Pramudawardhani. Borobudur Pembangunan diperkirakan akan memakan waktu setengah abad. Dalam prasasti Karangtengah juga menyebutkan tentang penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh CR? Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kam? L? N disebut Bh? Misambh? Ra. Para Kam panjang? L? N berasal dari kata yang berarti asal-usul tempat pertama, kuil leluhur untuk memuliakan, mungkin nenek moyang dari dinasti Sailendra. Casparis memperkirakan bahwa Bh? Mie Sambh? Ra Bhudh? Ra dalam bahasa Sansekerta berarti "Bukit ditetapkan sepuluh tingkat kebajikan boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpn4GsAHrqYumga9qhnFNdqNDa0fMzmI84Pwu2cRidXe7QorIvJd3r-fzAD608Nv-xFuv_rnD1pZhgWFkXuk81tJ_Q8zuNQ2fqLR8CcD5c2PK8uaU_pT9qtVRusqn6dRdBYV359qCoxOQ/s1600/images+%281%29.jpg


Lokasi candi ini yang terletak di perbukitan di atas desa Borobudur, Mungkid, Magelang atau 42 km sebelah barat laut dari Yogyakarta. Dikelilingi Bukit Manoreh membentang dari timur ke barat. Sedangkan timur adalah Gunung Merapi dan Merbau, dan sisi barat ada Gunumg Sindoro Sumbing.

Dibutuhkan tak kurang dari 2 juta batu andesit atau 50.000m persegi setara dengan membangun Candi Borobudur. Berat keseluruhan candi mencapai 3,5 juta ton. Seperti kebanyakan kuil, Bororbudur memiliki 3 bagian bangunan, yaitu kaki, dan tubuh bagian atas. Kaki bangunan yang disebut Kamadhatu, yang menceritakan kesadaran penuh dengan nafsu dan sifat-sifat kebinatangan. Kemudian Ruphadatu, yang berarti tingkat kesadaran yang masih terikat nafsu, materi dan bentuk. Meskipun tidak lagi terikat Aruphadatu nafsu, materi dan bentuk digambarkan dalam bentuk stupa kosong. Hal ini hanya dapat dicapai dengan keinginan dan kehampaan


2.2.2        Penemuan Kembali
Candi Borobudur yang sempat menjadi keajaiban dunia ini menjulang tinggi di antara dataran rendah di sekelilingnya. Candi Borobudur terlupakan selama tenggang waktu yang cukup lama bahkan sampai berabad – abad bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran. Sekitar 150 tahun Candi Borobudur di gunakan sebagai pusat Ziarah, ini adalah waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya ketika pekerja menghiasi / membangun bukit alam Candi Borobudur dengan batu – batu pada saat pemerintahan yang sangat terkenal yaitu SAMARATUNGGA, sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M pusat kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur.
Setelah sekian lama Candi Borobudur terbengkalai dan tak terurus maka tumbuhlah tumbuhan liar yang menutupi bangunan tersebut. sekitar abad ke – 10 Candi Borobudur terbengkalai dan terlupakan. Baru pada tahun 1814 M berkat usaha Sir Thomas Stamford Rafles Candi Borobudur muncul dari kegelapan masa silam. Rafles adalah Letnan Gubernur Jendral Inggris, ketika Indonesia di kuasai / di jajah Inggris pada tahun 1811 M – 1816 M.
Pada tahun 1835 M seluruh candi di bersihkan oleh Presiden kedua yang bernama Hartman, karen begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sehingga ia mengusahakan pembersihan
2.2.3        Penyelamatan Candi Borobudur
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah usaha perbaikan dan pemugaran kembali bangunan Candi Borobudur mula – mula hanya dilakukan secara kecil – kecilan serta pembuatan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya. Pemugaran Candi Borobudur yang pertam kali di adakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Th Van erf dengan maksud untuk menghindari kerusakan – kerusakan yang lebih besar lagi dari bangunan Candi Borobudur walaupun banyak bagian tembok atau dinding – dinding terutama di tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak miring dan sangat mengkhawatirkan bagi para pengunjung maupun bangunannya sendiri, namun pekerjaan Van Erp tersebut untuk sementara Candi Borobudur dapat di selamatkan dari kerusakan yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya beberapa saja yang telah di kerjakan masa itu telah mengembalikan kejayaan masa silam, namun juga perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang di lalui borobudur selama tersembunyi di semak – semak secara tidak langsung telah menutupi adan melindungi dari cuaca buruk yang mungkin dapat merusak bangunan Candi Borobudur, Van Erp berpendapat miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan itu tidak sangat membahayakan bangunan itu, Pendapat itu sampai 50 tahun kemudian memang tidak salah akan tetapi sejak tahun 1960 M pendapat Tn Vanerf itu mulai di ragukan dan di khawatirkan akan ada kerusakan yang lebih parah

2.2.4        Pemugaran Candi Borobudur
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973 prasati dimulainya pekerjaan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga – tenaga muda lulusan SMA dan SIM bangunan yang memang diberikan pendidikan khususnya mengenai teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu - batu Candi Borobudur sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki batu – batu yang sudah retak dan pecah, pekerjaan – pekerjan di atas bersifat arkeologi semua di tangani oleh badan pemugaran Candi Borobudur, sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis seperti penyediaan transportasi pengadaaan bahan – bahan bangunan di tangani oleh kontraktor ( PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – bagian Candi Borobudur yang di pugar ialah bagian Rupadhatu yaitu tempat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar sedangkan kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran selesai pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai sebuah batu prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat dengan batu yang sangat besar di buatkan dengan dua bagian satu menghadap ke utara satu lagi menghadap ke timur penulisan dalam prasasti tersebut di tangani langsung oleh tenaga yang ahli dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.


2.3  Keunggulan dan Manfaat Candi Borobudur
Candi yang terdaftar di World Heritage Site UNESCO ini pernah menjadi anggota Tujuh Keajaiban Dunia. Berdiri di Magelang, Jawa Tengah, Borobudur adalah salah satu candi Buddha terbesar di dunia. Keunikan candi yang dibangun Raja Samaratungga ini tidak hanya terletak pada struktur bangunannya yang terdiri dari 10 tingkat, tapi juga pada relief-relief di tubuhnya yang menyimpan makna kehidupan di muka bumi. Relief itu akan terbaca secara berurutan bila kita berjalan searah jarum jam.
Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang sangat melegenda, Ramayana, selain menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Keseluruhan relief mencerminkan ajaran sang Buddha. Karenanya, candi ini dapat dijadikan media edukasi bagi orang-orang yang ingin mempelajari Buddha. Yang juga mengagumkan, Borobudur dibangun hanya menggunakan sistem interlock, layaknya balok-balok lego yang menempel tanpa lem ataupun semen.
Menurut Prof.Dr.JG Casparis, sebuah prasasti dari abad sembilan menyingkapkan silsilah tiga raja wangsa Cailendra, yaitu raja Indra, putranya Samaratungga dan selanjutnya putri Samaratungga yaitu Pramodawardhani. Pada masa pemerintahan raja Samaratungga, mulailah dibangun candi yang bernama Bhumisam Bharabudhara, yang dapat ditafsirkan sebagai Bukit Peningkatan Kebajikan, yaitu setelah melampaui sepuluh tingkat Bodhisattva. Setelah selesai dibangun selama kurang lebih seratus lima puluh tahun, Candi Borobudur merupakan pusat ziarah megah bagi penganut Buddha sampai dengan runtuhnya kerajaan Mataram sekitar tahun 930 M, dimana pusat kekuasaan dan kebudayaan pindah ke Jawa Timur.
Keindahan dan keagungan Candi Borobudur tidak hanya mendapatkan pengakuan masyarakat Indonesia sendiri, melainkan ia sudah dianggap sebagai warisan kebudayaan dunia. Hal ini terbukti pada saat pemugaran Candi Borobudur selama sepuluh tahun sejak tahun 1971, dukungan berbagai negara sahabat telah diberikan secara mantap. Dua puluh delapan negara duduk sebagai anggota dari Executive Committee for the International campaign to Safeguard the Temple Borobudur.
Selanjutnya, Candi Borobudur berhasil menampilkan diri sebagai pusat wisata yang mampu menyerap tingginya kunjungan wisatawan, yaitu kurang lebih 6.333,95 orang/ hari pada tahun 1997 dengan 13% wisatawan mancanegara dan sisanya 87% wisatawan nusantara.5 Kemegahan, keagungan, keindahan dan keunikan arsitektur Candi Borobudur yang dibalut dengan nilai-nilai penting dari sisi agama, budaya dan sejarah telah menjadi fokus perhatian umat Buddha, baik di Indonesia maupun luar negeri, serta wisatawan pada umumnya untuk datang berkunjung. Dengan kata lain Candi Borobudur mendatangkan banyak devisa untuk negara.

2.4  Ketertarikan Wisatawan Candi Borobudur
Dengan segala pesona dan misterinya, wajar bila banyak orang dari segala penjuru dunia memasukkan Borobudur sebagai tempat yang harus dikunjungi dalam hidupnya. Selain menikmati candinya, pengunjung juga bisa berkeliling ke desa-desa di sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo untuk melihat aktivitas warga pembuat kerajinan. Pengunjung juga bisa pergi ke puncak Watu Kendil untuk dapat memandang panorama Borobudur dari atas.
Sebagai kuil Budha yang terbesar diseluruh dunia, Borobudur adalah salah satu hasil budaya manusia yang paling sering dikunjungi lebih dari sejuta wisatawan setiap tahunnya. Baik domestic maupun mancanegara. Tidak ada satupun candi diseluruh dunia yang menyerupai gaya arsitek candi ini. Candi yang dibangun di pada abad kesembilan masehi ini sangat pas sekali untuk orang-orang yang memiliki hobi fotografi, banyak spot menarik yang bisa diambil untuk diabadikan, apabila disaat sunset. Borobudur penuh dengan ornamen filosofis dimana menyimbolkan secara nyata tentang perbedaan jalur yang dapat diikuti untuk mencapai tujuan hidup. Relief yang terukir didinding candi memberitahukan keindahan dalam mempelajari hidup. Dengan kata lain, Borobudur memiliki jiwa seni, filosofis, dan budaya. Jika kita berada pada kota Yogyakarta, Borobudur bisa dicapai dengan menggunakan mobil. Hanya akan memakan waktu sekitar 1jam untuk sampai kesana. Kita dapat mengikuti tur atau menyewa mobil. Dengan menaiki candi menakjubkan ini, kita dapat mengagumi setiap relief yang berada pada batu-batu disekeliling kita.
Aneka souvenir berupa miniatur Borobudur dari perak, gantungan kunci, kaos oblong, hingga kartu pos bergambar Borobudur bisa kita temui didaerah area candi Borobudur. Relief yang terukir didinding candi memberitahukan keindahan dalam mempelajari hidup. Setiap relief memiliki ceritanya masing-masing. Untuk lebih mengerti tentang maka relief serta sejarah candi ini, kita dapat mengikuti tur atau menyewa pemandu yang telah mengerti untuk membimbing kita. Dan adapula semacam mitos yang mengatakan apabila kita berhasil menyentuh figur sang Budha yang terdapat dalam stupa, maka keinginan yang kita miliki akan terkabul

BAB IV
PENUTUP


4.1  Kesimpulan
Kehidupan sosial para pedagang sudah terjalin dengan baik yaitu adanya kontak  dan  komunikasi  yang  berupa  saling  menyapa,  saling  tegur  serta adanya komunikasi sosial berupa saling mengobrol dengan menggunakan bahasa Jawa. Pola interaksi sosial para pedagang menghasilkan dua pola yaitu  pola  asosiatif  yaitu  berupa  kerjasama  ekonomi  meliputi  kerjasama dalam perdagangan, kerjasama di bidang sosial dalam wujud saling tolong-menolong dan saling membantu antara sesama pedagang, kerjasama ini juga berlanjut  dalam  kehidupan  sehari-hari  para  pedagang.
Dari uraian dan penjelasan mengenai pengaruh Objek Wisata Candi Borobudur terhadap pedagang di kawasan Taman Wisata Candi Borobudur dapat disipulkan sebagai berikut :
1.  Tempat Wisata Candi Borbudur sangat bermanfaat bagi penduduk setempat untuk berdagang.
2.  Pedagang dapat menghasilkan keuntungan lebih besar dari tempat Wisata Candi Borobudur
3.  Tempat Wisata Candi Borobudur dapat membantu penduduk untuk usaha berdagang.
4.   Dengan banyaknya usaha dagang yang dikelola oleh para pedagang akan membantu
      pedagang dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup pedagang.
5.  Adanya Objek Wisat Candi Borobudur dimanfaatkan pedagang untuk membuka usaha
     seluas-luasnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang menyerap banyak tenaga kerja
     sehingga dapat mengurangi pengangguran.





4.2  Saran
1. Bagi pedagang di taman wisata Candi Borobudur janganlah mendesak-desak wisatawan yang akan berwisata untuk memaksa membeli barang dagangannya. Agar tidak menggangu pengunjung dan menawarkan barang dagangan harus lebih sopan
2.  Bagi pihak PT Taman Wisata Candi Borobudur pihak PT Taman Wisata Candi Borobudur selaku pihak yang bertanggung jawab mengella Taman Wisata Candi Borobudur harus lebih efektif memberikan penyuluhan untuk mencegah agar pedagang tidak berlebihan. Berlebihan pedagang dapat mengakibatkan pengunjung kurang nyaman